Peninggalan Sejarah Kerajaan Majapahit – Halo sahabat Lazuva, Majapahit diketahui merupakan salah satu kerajaan terbesar yang pernah menduduki wilayah Indonesia. Bahkan pada masa kejayaannya, wilayah kekuasaan Majapahit mencapai wilayah sekitar Indonesia.
Berbagai peninggalan Kerajaan Majapahit saat ini dialih fungsikan sebagai obyek wisata. Obyek wisata yang akhir-akhir ini banyak disukai adalah seperti misalnya Museum Trowulan Mojokerto, Candi Wringin Lawang, dan Maha Vihara Mojopahit. Tak hanya peninggalan bangunan saja, tetapi juga banyak karya sastra berupa kitab-kitab peninggalan kerajaan Majapahit.
Ada baiknya kamu menyempatkan waktu mengunjungi tempat-tempat wisata tersebut untuk menambah wawasan mengenai sejarah kerajaan-kerajaan di Indonesia.
Dan sudah banyak yang terungkap, mengenai peninggalan sejarah Kerajaan Majapahit di Indonesia. Mau tahu cerita selengkapnya? Yukk… terusin baca sampai bawah yaa.
Daftar Isi Artikel
Wilayah Kekuasaan Kerajaan Majapahit
Pada masa kejayaannya di nusantara atau sekarang bernama Indonesia, Kerajaan Majapahit hampir menguasai semua daerah di Asia Tenggara. Pada kitab Nagarakertagama, disebutkan sejarah kekuasaan Majapahit meliputi Jawa, Bali, Kalimantan, Sumatera, sampai Indonesia bagian timur, termasuk juga Nusa Tenggara, Sulawesi, dan sebagian besar Maluku. Tidak Kurang dari 98 kerajaan yang dinaungi oleh Majapahit.
Sejarah kekuasaan Kerajaan Majapahit juga harus menemui masa akhirnya. Semua kekuasaan kerajaan ini sirna setelah terjadi banyak konflik internal yang bersifat persoalan politis. Diperparah dengan wafatnya Patih Gajah Mada pada tahun 1364 menjadi faktor yang tak terbantahkan penyebab semakin lemahnya kerajaan besar yang berpusat di wilayah Jawa Timur ini.
Padahal, Sejarah Kerajaan Majapahit sempat membuat segan Tiongkok yang pada masa itu dipimpin oleh Dinasti Ming. Hayam Wuruk yang sangat menghormati mahapatih Gajah Mada, tidak menunjuk mahapatih baru. Karena baginya, Gajah Mada tak tergantikan.
Kerajaan Majapahit menemui puncak keemasannya pada masa kepemimpinan Raja Hayam Wuruk atau Rajasanagara (tahun 1350-1389) dan berkat andil dukungan Mahapatih Gajah Mada. Pada era ini kemudian dilanjutkan dengan adanya Sumpah Amukti Palapa yang sekarang menjadi legenda sejarah nusantara. Dalam sumpah tersebut, Gajah Mada berikrar akan mempersatukan wilayah-wilayah di Nusantara di bawah naungan Kerajaan Majapahit.
20 Peninggalan Sejarah kerajaan Majapahit
Peninggalan sejarah Kerajaan Majapahit baik yang berupa prasasti maupun karya sastra sangatlah banyak di temukan di Indonesia. Apabila kamu berasal dari daerah Mojokerto dan sekitarnya, pasti sedikit banyak mengetahui berbagai peninggalan-peninggalan bersejarah kerajaan Majapahit.
Berikut merupakan peninggalan berupa Candi-candi kerajaan Majapahit dan kitab-kitab peninggalan kerajaan Majapahit.
Baca Juga : Misteri Dan Sejarah Lawang Sewu Semarang
Baca Juga : Misteri dan Mitos Air Terjun Sekar Langit
Baca Juga : Sejarah Museum Angkut Malang
Prasasti Peninggalan Kerajaan Majapahit
Berikut ini 10 prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Majapahit yang perlu kamu ketahui. Cermati dengan seksama yaa untuk menambah pengetahuanmu tentang sejarah Indonesia.
1. Candi Jabung
Lokasi Candi Jabung berada di Desa Jabung, Kecamatan Paiton, Probolinggo, Jawa Timur. Peninggalan Kerajaan Majapahit ini terbuat dari susunan batu bata merah dilengkapi dengan relief, hebatnya masih bertahan setelah sekian tahun.
Candi Jabung adalah peninggalan sejarah Kerajaan Majapahit bercorak bangunan Hindu, struktur bangunannya sendiri hampir serupa dengan struktur Candi Bahal peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang berada di Sumatera Utara.
Candi Jabung berdiri pada sepetak tanah berukuran 35 meter x 40 meter. Pemugaran dilakukan pada tahun 1983-1987 dengan tambahan penataan lingkungan seluas 20.042 meter. Prasasti ini punya dua bangunan utama dengan ukuran besar dan kecil, biasanya disebut Candi Sudut. Candi Jabung punya panjang 13,13 m; lebar 9,60 m; dan tinggi 16.20 m. Menghadap ke arah Barat dan pada bagian sisi barat.
2. Gapura Bajang Ratu
Dari buku Drs. I.G Bagus L Arnawa, bangunan candi Bajang Ratu adalah bangunan pintu gerbang jenis paduraksa atau gapura beratap. Arsitektur keseluruhan candi dibuat dengan batu bata merah, walaupun ada beberapa bagian yang dibuat dengan bahan batu Andesit, yaitu pada lantai tangga serta pintu bawah dan atas.
Bangunan ini terdiri dari 3 bagian yakni kaki, tubuh dan atap serta dilengkapi dengan sayap juga pagar pada kedua sisinya. Kaki gapura punya panjang 2.48 meter. Gapura Bajang Ratu berada di Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.
Menurut perkiraan prasasti ini dibangun pada abad ke-14 Masehi. Dalam Kitab Negarakertagama, ada keterangan yang menyebutkan kegunaan gapura ini, yaitu sebagai pintu masuk ke bangunan suci guna memperingati wafatnya Raja Jayanegara.
3. Candi Brahu
Peninggalan Kerajaan Majapahit yaitu Candi Brahu berlokasi di kawasan situs arkeologi Trowulan, Dukuh Jambu Mente, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Candi Brahu ini berbahan dasar batu bata merah menghadap ke arah barat dengan ukuran panjang 22.5 meter, lebar 18 meter dan tinggi 20 meter.
Prasasti ini dibuat oleh Mpu Sendok yang memakai kultur Buddha. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat pembakaran jenazah dari raja-raja Majapahit. Peninggalan sejarah Majapahit ini dibangun sekitar abad ke-15 M, meski juga banyak ahli yang berbeda pendapat mengenai hal tersebut.
Sebagian ahli meyakini jika candi ini berusia lebih tua dari pada candi lain yang ada di Komplek Trowulan. Menurut para ahli banyak candi lain berukuran lebih kecil di sekeliling Candi Brahu ini. Namun hanya tersisa reruntuhannya saja, candi-candi tersebut antara lain Candi Gentong, Candi Gedung, Candi Tengah, dan juga Candi Muteran.
4. Candi Tikus
Bangunan ini dinamai Candi Tikus karena, saat ditemukan, banyak warga menyaksikan tikus banyak bersarang pada bangunan ini. Diperkirakan Candi Tikus dibangun pada abad ke-13 M sampai dengan ke-14 M sebab ada miniatur menara yang merupakan ciri khas dari bangunan pada abad tersebut.
Candi Tikus juga berada di kawasan situs arkeologi Trowulan. Candi ini masih terpendam di bawah tanah sebelum akhirnya ditemukan dan digali pada tahun 1914 dan kemudian pemugaran dilakukan pada tahun 1984-1985. Di bagian kiri dan kanan tangga terdapat sebuah kolam persegi empat dengan ukuran 3.5 x 2 meter serta kedalaman mencapai 1.5 meter, pada dinding luar setiap kolam terdapat 3 buah pancuran berbentuk seperti teratai yang terbuat dari batu andesit.
Sedangkan di bagian anak tangga sebelah selatan ada sebuah bagunan persegi empat dengan ukuran 7.65 x 7.65 meter dan diatas banguan tersebut ada sebuah menara dengan tinggi 2 meter dan atap bentuk meru, serta memiliki puncak yang datar.
5. Gapura Wringin Lawang
Di mana lokasi peninggalan sejarah ini? Gapura Wringin Lawang terletak di Desa Jatipasar, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Sama dengan beberapa candi lain yang ada di kawasan Trowulan, candi ini juga berbahan utama bata merah dengan tinggi 15,5 meter berukuran 13 x 11 meter. Menurut perkiraan para ahli Peninggalan Sejarah Kerajaan Majapahit ini dibangun pada abad ke-14 Masehi.
Gaya arsitektur Gapura Wringin Lawang ini mirip dengan Candi Bentar, banyak ahli berpendapat bahwa bangunan ini merupakan gerbang pintu masuk ke kediaman Mahapatih Gajah Mada, juga pintu masuk ke berbagai bangunan penting Ibu kota Majapahit kala itu.
6. Candi Surawana
Candi Surawana terletak di Desa Canggu, Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Nama asli candi ini adalah Candi Wishnubhawanapura. Dibangun pada abad ke-14 Masehi. Candi ini dibangun untuk memuliakan Bhre Wengker. Bhre Wengker adalah seorang raja Kerajaan Wengker yang berada dibawah kekuasaan Majapahit.
Peninggalan sejarah Kerajaan Majapahit ini dibangun dengan corak Hindu. Keadaannya sudah tak sempurna lagi sekarang, bagian dasarnya sudah mengalami rekonstruksi, namun bagian badan dan atap candi sudah hancur tidak bersisa, hanya kaki Candi saja yang masih berdiri dengan tegak setinggi 3 meter.
Ukuran Candi Surawana adalah 8 x 8 meter yang dibangun dengan bahan batu andesit dan diidentifikasi sebagai candi Siwa. Semua bagian tubuh bangunan ini sudah hancur kecuali kaki setinggi 3 meter, guna naik ke selasar atas kaki candi terdapat tangga cukup sempit yang ada di bagian barat.
7. Candi Wringin Branjang
Prasasti peninggalan Sejarah Kerajaan Majapahit selanjutnya adalah Candi Wringin Branjang yang berada di Desa Gadungan, Kecamatan Gandusari, Blitar, Jawa Timur. Bangunan ini punya struktur sederhana dan tidak dilengkapi dengan kaki candi, hanya terdiri dari atap dan badan candi saja.
Ukuran candi Wringin Branjang yakni, panjang 4 meter, lebar 3 meter dan tinggi 5 meter, lebar pintu masuk 1 meter dan tingginya mencapai 2 meter. Di bagian dinding tidak terdapat relief seperti candi pada umumnya, tetapi ada lubang ventilasi pada candi ini.
8. Candi Pari
Diperkirakan, Candi Pari dibangun pada tahun 1371 M. Dalam laporan yang ditulis oleh J. Knebel, Candi Pari dan Candi Sumur dibangun guna mengenang serta memperingati hilangnya adik angkat yang juga sahabat dari salah satu putra Prabu brawijaya yang menolak tawaran untuk tinggal di Kerajaan Majapahit.
Diatas pintu Candi Pari dahulu ada batu tua, jika menelisik gaya arsitekturnya sangat dipengaruhi oleh budaya Campa dari Vietnam. Kenapa bisa seperti itu? Wilayah nusantara dahulu terlibat hubungan dagang cukup akrab dengan Vietnam. Kemudian perekonomian Vietnam hancur hingga banyak warganya pindah ke wilayah Jawa Timur.
Candi Pari letaknya berada di Desa Candi Pari, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Para ahli memperkirakan candi ini dibangun pada masa kepemimpinan Prabu Hayam Wuruk sekitar tahun 1350 sampai dengan 1389 M. Letak persis peninggalan sejarah Kerajaan Majapahit satu ini di 2 km arah Barat Laut pusat semburan lumpur panas Lapindo Brantas.
9. Candi Cetho
Candi Cetho letaknya di Dusun Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Karanganyar, Jawa Tengah. Oleh masyarakat kejawen asli peninggalan sejarah ini juga sering dimanfaatkan sebagai tempat bertapa.
Para sejarawan memperkirakan, Candi Cetho ini berasal dari akhir keruntuhan Kerajaan Majapahit sekitar abad ke-15 M. Prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Majapahit ini baru ditemukan pada tahun 1842, terungkap dari tulisan arkeolog Belanda bernama Van de Vlies. Candi ini dibangun lekat sekali dengan corak Hindu.
Warisan sejarah ini juga terkenal dengan misteri dan mitosnya. Ada beberapa pantangan jika kamu mengunjungi tempat ini. Baca artikel selengkapnya mengenai mitos dan pantangan di Candi Cetho.
Baca Juga : Mitos dan Pantangan di Candi Cetho
10. Candi Sukuh
Salah satu peninggalan Kerajaan Majapahit ini berada di Desa Berjo, Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah. Diperkiraan pembangunan Candi Sukuh berada ditahun 1437 M. Bangunan ini termasuk dalam jenis candi bercorak Hindu dengan bentuknya seperti piramid.
Candi Sukuh punya bentuk unik, berbeda dari candi peninggalan Kerajaan Majapahit lainnya. Pada bangunan candi dan di sekitar reruntuhannya ini ditemukan juga banyak relief dan objek Lingga dan Yoni (patung berbentuk organ intim laki-laki dan perempuan) yang melambangkan seksualitas.
Candi Sukuh ditemukan tahun 1815 oleh residen Surakarta bernama Johnson yang ditugaskan oleh Thomas Stanford Raffles untuk mengumpulkan data dari bukunya yang berjudul “The History of Java”. Pada tahun 1842, candi ini juga diteliti oleh Arekolog bernama Van der Vlies berkebangsaan Belanda dan kemudian dipugar pada tahun 1928. Pada tahun 1995 Candi Sukuh juga telah diusulkan menjadi salah satu situs warisan dunia.
Baca Juga : 12 Tempat Wisata di Surabaya Instagramable
Baca Juga : Peta Wisata Jogja Ukuran Besar Terbaru
Karya Sastra dan Kitab-Kitab Peninggalan Kerajaan Majapahit
Bukti eksistensi Kerajaan Majapahit di masa lalu tidak hanya berupa peninggalan prasasti sejarah saja. Tetapi ada juga karya sastra peninggalan Kerajaan Majapahit yang beberapa diantaranya sangat fenomenal. Beberapa peninggalan karya sastra kerajaan majapahit berupa kitab, sering kita dengar kitab Negara Kertagama, kitab Sutasoma, atau mungkin Pararaton. Nah di bawah ini uraian lengkapnya mengenai kitab-kitab peninggalan kerajaan Majapahit.
11. Kitab Negarakertagama
Karya sastra peninggalan Kerajaan Majapahit yang paling terkenal adalah Kitab Negarakartagama. Kitab ini dikarang oleh Empu Prapanca pada tahun 1365 M. Kitab Negarakertagama berkisah mengenai sejarah para raja Nusantara, baik raja Singasari maupun raja Majapahit.
Selain membahas kisah raja-raja, kitab Negarakertagama juga bercerita tentang keadaan kota Majapahit dan juga daerah kekuasaannya. Terdapat juga cerita perjalanan raja Hayam Wuruk ke daerah kekuasaannya di pelosok Jawa Timur. Ada juga informasi mengenai candi-candi yang ada serta kehidupan keagamaan dan berbagai upacara sakralnya.
12. Kitab Sutasoma
Kitab-kitab peninggalan kerajaan Majapahit memang telah banyak diterjemahkan dan di tulis ulang. Salah satunya kitab Sutasoma ini juga telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.
Kitab Sutasoma merupakan karya sastra peninggalan sejarah Kerajaan Majapahit yang dikarang oleh Empu Tantular. Kitab Sutasoma ini berisi tentang kisah perjalanan Sutasoma, anak raja yang memilih keluar dari kerajaan untuk belajar menjadi pendeta Buddha. Dalam kitab ini juga, asal dari semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu “Bhinneka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrawa”.
13. Kitab Pararaton
Ini adalah salah satu kitab peninggalan Kerajaan Majapahit yang berkisah mengenai kejadian-kejadian penting pada era kejayaan Kerajaan Singasari dan Kerajaan Majapahit. Kitab peninggalan kerajaan Majapahit ini juga dikenal dengan sebutan Pustaka Raja atau Kitab Raja-Raja.
Kitab Pararaton merupakan karya sastra kuno yang ditulis menggunakan bahasa Jawa Kawi. Dalam isinya, menceritakan tentang kisah perjalanan raja-raja Singasari dan Majapahit.
14. Kitab Kunjarakarna
Kitab peninggalan Kerajaan Majapahit ini bercerita tentang raksasa yang terobsesi ingin menjadi manusia, raksasa tersebut bernama Kunjarakarna. Ia menghadap Wairocana, kemudian mendapat izin untuk melihat neraka. Karena ketaatannya terhadap agama Buddha, pada akhirnya terkabulah keinginannya.
Selain itu, kitab ini juga menceritakan perjalanan Pandawa mengembara di hutan karena kalah adu dadu dengan Kurawa.
15. Kitab Sundayana
Kitab Sundayana berisi kisah Raja Hayam Wuruk dan Dyah Pitaloka, putri Sri Baduga Maharaja. Terjadi kesalahpahaman antara Sri Baduga Maharaja dan Gajah Mada tentang status Dyah Pitaloka antara menjadi permaisuri atau menjadi selir. Terjadilah perang antara Kerajaan Majapahit dengan Kerajaan Padjajaran di ladang Bubat yang diakhiri oleh kemenangan Majapahit.
16. Kitab Soritasi
Karya sastra ini menceritakan perlawanan dan pemberontakan yang dilakukan oleh Lembu Sora terhadap Raja Jayanegara di sekitar wilayah Lumajang.
17. Kitab Arjuna Wiwaha
Kitab Arjunawiwaha ialah kitab yang dikarang juga oleh Empu Tantular. Karya sastra peninggalan sejarah Kerajaan Majapahit ini menceritakan kisah Arjunasasrabahu yang berhasil mengalahkan dan menundukkan seorang raja raksasa.
18. Kitab Ranggalawe
Peninggalan karya sastra yang berbentuk kidung ini menceritakan tentang pemberontakan Ranggalawe yang berasal dari Tuban terhadap Raja Jayanegara.
19. Kitab Calon Arang
Kitab ini berkisah mengenai seorang penyihir yang mempunyai anak gadis sangat cantik akan tetapi tidak ada yang ingin melamarnya. Akibatnya membuat Calon Arang merasa terhina. Akhirnya ia menyebarkan wabah penyakit ke seluruh negeri. Aksinya tersebut membuat marah raja Airlangga, sehingga raja memerintahkan Empu Baradha untuk membunuh Calon Arang. Dan akhirnya pun Calon Arang mati terbunuh oleh Empu Baradha.
20. Kitab Usana Jawa
Kitab Usana Jawa berkisah mengenai penaklukan Bali yang dilakukan oleh Mahapatih Gajah Mada dan Aryadamar. Nama pengarangnya sendiri belum terungkap hingga saat ini.
Itulah kitab-kitab peninggalan kerajaan Majapahit. Sungguh merupakan sebuah sejarah berharga, dan kita perlu mempelajarinya.
Silsilah Raja Majapahit
Berikut ini merupakan urutan silsilah Raja-Raja Majapahit yang telah berhasil diungkap. Majapahit, sebuah kerajaan di Nusantara yang sempat menguasai wilayah yang sangat luas, tak heran jika banyak mengalami pergantian kekuasaan.
- Raden Wijaya, bergelar Kertarajasa Jayawardhana (1293 – 1309)
- Kalagamet, bergelar Sri Jayanegara (1309 – 1328)
- Sri Gitarja, bergelar Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328 – 1350)
- Hayam Wuruk, bergelar Sri Rajasanagara (1350 – 1389)
- Wikramawardhana (1389 – 1429)
- Suhita (1429 – 1447)
- Kertawijaya, bergelar Brawijaya I (1447 – 1451)
- Rajasawardhana, bergelar Brawijaya II (1451 – 1453)
- Purwawisesa atau Girishawardhana, bergelar Brawijaya III (1456 – 1466)
- Pandanalas, atau Suraprabhawa, bergelar Brawijaya IV (1466 – 1468)
- Kertabumi, bergelar Brawijaya V (1468 – 1478)
- Girindrawardhana, bergelar Brawijaya VI (1478 – 1498)
- Hudhara, bergelar Brawijaya VII (1498-1518)Jika teman-teman perhatikan dengan teliti, nampak terdapat kekosongan pemerintahan dari periode Rajasawardhana (penguasa ke-8) menuju Girishawardhana yang diperkirakan penyebabnya adalah krisis suksesi yang membuat keluarga Kerajaan Majapahit pecah menjadi dua kelompok.