
Lazuva.com – Sejarah Kerajaan Demak | Tersebarnya agama Islam di Pulau Jawa tidak terlepas dari peran Kerajaan Demak atau Kasultanan Demak. Kerajaan ini dikenal sebagai kerajaan Islam paling awal dan terbesar yang ada di Pulau Jawa. Sejarah Kerajaan Demak lengkap menyebutkan bahwa kerajaan ini tidak berumur panjang akibat adanya perebutan kekuasaan dan kemunduran.
Walaupun demikian, kerajaan ini berhasil menjadi kerajaan besar dan terkuat di Pulau Jawa terutama pada saat masa kepemimpinan Sultan Trenggono. Dari beberapa sumber didapat bahwa Demak sebelumnya adalah kadipaten dari kerajaan Majapahit, yang kemudian berkembang menjadi kekuatan baru mewarisi legitimasi dari kebesaran Majapahit.
Pada tahun 1560, Kerajaan Pajang yang didirikan oleh Jaka Tingkir/Hadiwijaya mengambil alih kekuasaan Kerajaan Demak (wikipedia). Salah satu peninggalan bersejarah Kesultanan Demak adalah Mesjid Agung Demak yang masih eksis hingga saat ini, masjid ini menurut tradisi didirikan oleh Walisongo.
Berikut informasi lebih lengkap mengenai Kerajaan Demak termasuk peninggalannya.
Daftar Isi Artikel
Letak Kerajaan Demak

Ini merupakan gambaran letak Kerajaan Demak pada waktu itu, saat masih berada di tepi laut. Namun sekarang lokasi kerajaan Demak berada lebih dari 30 km dari tepi laut.
Menurut berbagai sumber sejarah, Kerajaan Demak terletak di pesisir utara Pulau Jawa. Lokasi Kerajaan Demak yang demikian itu disebut-sebut sangat strategis sebagai jalur pelayaran. Sehingga tidak heran bila kemudian kerajaan ini berkembang ke arah perdagangan agraria dan maritim.
Demak sendiri menjadi penghubung atau pelabuhan transit antara daerah-daerah yang menghasilkan rempah-rempah dan daerah yang mempunyai hasil pertanian cukup besar.
Lokasi kerajaan Demak, memang pada awalnya berada di tepi laut, berada di kampung Bintara (dalam bahasa Jawa dibaca “Bintoro”), wilayah tersebut sekarang menjadi bagian kota Demak di Jawa Tengah. Karena letak kerajaan yang berada di Bintara, pada masa itu terkenal dengan sebutan Kerajaan Demak Bintara.
Pada masa kepemimpinan Sunan Prawoto, akhirnya keraton digeser ke Prawata (dalam bahasa Jawa “Prawoto”) yang kemudian dikenal dengan sebutan Demak Prawata. Setelah Sunan Prawoto meninggal, digantikanlah oleh Arya Penangsang, ia memerintah kesultanan Demak yang sudah melemah ini dari Kadipaten Jipang (dekat Cepu). Lokasi Kota Kerajaan Demak dipindahkan lagi, kali ini digeser ke Jipang yang kemudian orang menyebutnya sebagai Demak Jipang.
Baca Juga :
Sejarah Kerajaan Mataram Kuno dan Mataram Islam
10 Peninggalan Kerajaan Sriwijaya di Masa Kejayaannya
Berdirinya Kerajaan Demak
Sejarah berdirinya Kerajaan Demak menyebutkan bahwa dahulunya daerah ini adalah bagian dari Kerajaan Majahapahit yang memeluk agama Hindu-Budha.
Kerajaan Demak ini sendiri berdiri secara resmi setelah Kerajaan Majapahit runtuh tahun 1481 M. Banyak yang meyakini bahwa pendiri Kerajaan Demak sebenarnya adalah putra dari raja Majapahit yang terakhir.
Dalam sejarah Jawa Kerajaan Demak disebut sebagai pengganti langsung Kerajaan Majapahit. Namun, berdirinya Kerajaan Demak juga tidak terlepas dari peran para Walisongo yang berupaya memusatkan penyiaran dan pengembangan agama Islam di daerah tersebut.
Raja-Raja yang Memerintah Kerajaan Demak
Seperti yang sudah disampaikan, umur Kerajaan Demak ini tidak lama. Namun Kerajaan Demak ini dipimpin oleh beberapa raja yang di antaranya ada yang membawanya menuju masa kejayaan.
Adapun sejarah raja-raja Kerajaan Demak kurang lebih sebagai berikut:
- Raden Patah
Atas dukungan Walisongo pula, Raden Patah menjadi raja pertama dari Kerajaan Demak. Raden Patah bergelar Sultan Alam Akbar Al Fatah yang merupakan putra dari Raja Brawijaya, Raja Kerajaan Majapahit.Dalam sejarah kerajaan Demak, Raden Patah sendiri mempunyai 5 orang putra. Putra pertama adalah Pati Unus, putra kedua adalah Pangeran Sekar Seda Lepen, putra ketiga adalah Sultan Trenggana, putra keempat adalah Raden Kanduwuran dan putra kelima adalah Raden Pamekas.Raden Patah sendiri menjabat sebagai raja sejak awal berdirinya Kerajaan Demak hingga tahun 1518.
- Pati Unus
Pati Unus naik menjadi raja menggantikan Raden Patah. Beliau berkuasa dalam waktu yang lumayan singkat yakni dari tahun 1518 hingga tahun 1521. Sejarah Kerajaan Demak mencatat, Pati Unus sendiri juga dikenal sebagai Pangeran Sabrang Lor yang artinya adalah Pangeran yang pernah menyeberang ke utara.Gelar tersebut diberikan karena Pati Unus sangat berani merebut Malaka dari tangan Portugis. Sebelumnya sekitar tahun 1512 – 1513, Pati Unus sudah pernah dikirim ke Malaka oleh Raden Patah untuk merebut daerah tersebut dari Portugis. Sayangnya upaya ini gagal karena kekurangan persenjataan.Pada tahun 1521 kemudian, raja yang juga dikenal sebagai Yat Sun ini kembali menjadi pemimpin pasukan untuk merebut Malaka dari Portugis.
Sayangnya, dalam pertempuran tersebut dia tewas, dan takhta kerajaan Demak digantikan oleh adik kandungnya, Sultan Trenggana. Hal ini dikarenakan Pati Unus tidak memiliki keturunan.
- Sultan Trenggana
Sultan Trenggana disebut-sebut sebagai pemimpin yang bijaksana dan berjasa dalam sejarah kerajaan Demak, ia berhasil membawa Demak menuju masa kejayaan. Hal ini dikarenakan Sultan Trenggana berhasil mengusir Portugis yang saat itu tengah berupaya membangun hubungan dengan Kerajaan Sunda.Pasukan yang diutus oleh Sultan Trenggana tersebut dipimpin oleh Fatahillah dan diberangkatkan pada tahun 1522.Selain berhasil mengusir Portugis, Fatahillah juga berhasil menguasai Cirebon dan Banten. Setelah itu, daerah-daerah Kerajaan Hindu serta Budha yang terdapat di Jawa Timur juga berhasil ditaklukkannya, di antaranya ialah Tuban, Madiun, Lamongan, Blitar, Pasuruan dan juga Wirosobo.
Atas keberhasilan tersebut, banyak wilayah di tanah Jawa yang kemudian menjadi bagian dari kekuasaan Kerajaan Demak. Untuk menguatkan kedudukannya, Sultan Trenggana kemudian menikahkan putrinya dengan bupati wilayah Madura, yakni Pangeran Langgar.
Selain itu, Sultan Trenggana juga mengambil Joko Tingkir yang merupakan putra dari Bupati Pengging sebagai menantunya lalu mengangkatnya sebagai Bupati Pajang. Sultan Trenggana kemudian menikahkan adiknya dengan Fatahillah serta menikahkan putrinya yang lain dengan Pangeran Pasarehan, Raja Cirebon.
Masa kepemimpinan Sultan Trenggana berakhir setelah dia terbunuh tahun 1546, di mana saat itu Sultan Trenggana ikut bertempur di Pasuruan.
- Sunan Prawoto
Setelah Sultan Trenggana terbunuh, terjadi perselisihan dalam Kerajaan Demak mengenai siapa yang akan meneruskan kepemimpinan. Sebenarnya menurut silsilah Kerajaan Demak, yang seharusnya maju dan menggantikan Sultan Trenggana memang Pangeran Prawoto atau Pangeran Mukmin.Dia adalah putra tertua dan juga keturunan dari permaisuri sehingga layak menjadi pemimpin. Namun kepemimpinannya juga tidak lama karena Sunan Prawoto kemudian merasa lebih nyaman menjadi ulama dibandingkan menjadi raja.Akibat sibuk sebagai ulama pula, akhirnya daerah kekuasaan Kerajaan Demak berhasil berkembang dengan bebas dan Kerajaan Demak pun tidak bisa membendungnya.
- Arya Penangsang
Sunan Prawoto dibunuh oleh orang suruhan Arya Penangsang. Arya Penangsang sendiri adalah putra dari Pangeran Sekar Seda Lepen yang merupakan saudara Sultan Trenggono.Pembunuhan ini terjadi karena Arya Penangsang membalas dendam atas kematian Pangeran Sekar Seda Lepen yang konon dibunuh oleh Sunan Prawoto untuk mendukung Sultan Trenggana menjadi raja.Arya Penangsang kemudian mengambil alih takhta Kerajaan Demak dan memindahkan pusat pemerintahan ke daerah Jipang, dekat Cepu. Sebenarnya Arya Penangsang sendiri merupakan Bupati Jipang, dan kedudukannya ini telah didukung oleh Sunan Kudus. Sayangnya keluarga kerajaan tidak merestuinya.
Masa kepemimpinan Arya Penangsang tidaklah bagus karena para pemimpin daerah kekuasaan Kerajaan Demak tidak mempercayainya.
Dia lalu terbunuh pada tahun 1554 dalam pemberontakan yang dipimpin oleh Joko Tingkir, Adipati Pajang. Sejak saat itu, wilayah Kerajaan Demak dipindahkan ke Pajang sehingga Kerajaan Demak pun berakhir.
Peninggalan Kerajaan Demak

Keberadaan Kerajaan Demak bisa dibuktikan dengan sejumlah peninggalan sejarah yang masih ada hingga saat ini. Beberapa dari peninggalan Kerajaan Demak tersebut adalah sebagai berikut.
- Dampar Kencana
Ini adalah singgahsana raja atau sultan yang dahulunya pernah memimpin Kerajaan Demak. Dampar Kencana ini pernah dijadikan sebagai mimbar khutbah sebelum kemudian disimpan dalam Masjid Agung Demak.
- Masjid Agung Demak
Sebenarnya Masjid Agung Demak sudah mengalami renovasi beberapa kali. Akan tetapi, jika kamu berkunjung kesini kamu akan menemukan gaya arsitektur yang unik serta sarat nilai filosofi.
- Soko Tatal
Ini adalah tiang yang konon dibuat oleh Sunan Kalijaga untuk menopang bangunan utama dari Masjid Demak. Tiang ini adalah tiang yang dibuat dari tatal atau potongan kecil dari sisa kayu. Potongan kayu tersebut disusun sedemikian rupa sehingga membentuk tiang yang diameternya kurang lebih 70 cm.
- Pintu Bledek
Pintu Bledek konon dibuat oleh Ki Ageng Solo pada tahun 1466. Pintu ini disebut juga sebagai Pintu Petir yang sekaligus menjadi pintu utama Masjid Agung Demak. Sekarang pintu ini sudah tidak digunakan lagi, namun para pengunjung masih bisa melihatnya di Museum Masjid Agung Demak.
Selayaknya kerajaan lain yang runtuh akibat tidak adanya pemimpin yang cakap, Kerajaan Demak juga demikian. Selain itu, adanya masalah sengketa dalam kerajaan juga turut menjadi penyebabnya. Namun dibalik itu, sejumlah tradisi yang digagas oleh Walisongo dan kebudayaan yang dibangun oleh Kerajaan Demak masih ada hingga sekarang.
Baca Juga :
Peninggalan Sejarah Kerajaan Majapahit Prasasti dan Karya Sastra
Misteri Gunung Lawu Via Candi Cetho yang Sering Beredar
Itulah sejarah Kerajaan Demak lengkap yang bisa kamu ketahui. Jika nanti kamu mempunyai waktu luang, cobalah untuk napak tilas kerajaan ini.
Sebagai pewaris nusantara tentu saja kita harus mengetahui sejarah-sejarah kerajaan Demak dan juga banyak kerajaan-kerajaan lain yang pernah berdiri di nusantara. Baik itu pendiri kerajaannya, silsilah raja-rajanya, letak kerajaannya, prasasti atau pun benda peninggalan yang masih tersisa, dan lain sebagainya.