Peninggalan Sejarah Kerajaan Tarumanegara Lengkap dan Silsilah Raja-raja

Juni 23, 2020

Sejarah Kerajaan Tarumanegara lengkap dengan prasasti peninggalannya. Letak, raja, sejarah berdiri serta masa kejayaan dan runtuhnya Kerajaan Tarumanegara.

Sejarah Kerajaan Tarumanegara lengkap meliputi awal berdiri, masa kejayaan sampai berakhirnya Kerajaan Tarumanegara. Letak Kerajaan Tarumanegara berada di wilayah sekitar jawa barat.

prasasti peninggalan sejarah kerajaan tarumanegara

Kerajaan Tarumanegara disebut sebagai kerajaan Hindu tertua kedua setelah Kerajaan Kutai. Dibuktikan dengan adanya sejarah Kerajaan Tarumanegara lengkap beserta raja dan prasasti peninggalannya.

Sejarah Berdirinya Kerajaan Tarumanegara

Berdasarkan naskah wangsakerta, sejarah berdirinya kerajaan Tarumanegara berawal dari kedatangan para pengungsi. Para pengungsi tersebut menjadikan  beberapa pulau dan wilayah nusantara sebagai tempat berlindung.

Mereka merupakan pihak yang kalah dalam peperangan besar di india pada waktu itu. Salah satu dari pengungsi tersebut adalah Rajadirajaguru Jayasingawarman yang merupakan seorang Maharesi.

Berdasarkan persetujuan raja Salakanagara, maka para pengungsi tersebut membuka tempat pemukiman. Pemukiman tersebut dibangun di dekat sungai Citarum, yang merupakan daerah barat jawa. Dan kemudian dinamakan Tarumadesya atau Desa Taruma.

Setelah sepuluh tahun, Tarumadesya menjadi wilayah setingkat kota, karena banyaknya pendatang dari desa lain. Dengan perkembangan penduduk yang sangat pesat, kemudian Jayasingawarman membentuk Kerajaan Tarumanegara.

Pendirian Kerajaan Tarumanegara dilakukan pada tahun 358 M, yang kemudian berkuasa pada abad ke-4 M sampai ke-7 M. Dan merupakan salah satu kerajaan Hindu di Indonesia yang beraliran wisnu.

Raja-Raja Di Kerajaan Tarumanegara

Berikut silsilah raja – raja yang pernah berkuasa di kerajaan Tarumanegara. Dimana kerajaan Tarumanegara sendiri berdiri sejak tahun 358 M dan berakhir pada tahun 669 M.

  1. Jayasingawarman     (358 M sampai 382 M)
  2. Dharmayawarman    (382 M sampai 395 M)
  3. Purnawarman   (395 M sampai 434 M)
  4. Wisnuwarman   (434 M sampai 455 M)
  5. Indrawarman    (455 M sampai 515 M)
  6. Candrawarman   (515 M sampai 535 M)
  7. Suryawarman   (535 M sampai 561 M)
  8. Kertawarman   (561 M sampai 628M)
  9. Sudhawarman   (628 M sampai 639 M)
  10. Hariwangsawarman (639 M sampai 640 M)
  11. Nagajayawarman (640 M sampai 666 M)
  12. Linggawarman (666 M sampai 669 M)

 


Baca Juga:

10 Peninggalan Kerajaan Sriwijaya di Masa Kejayaannya

Peninggalan Sejarah Kerajaan Majapahit Prasasti dan Karya Sastra


Masa Kejayaan Kerajaan Tarumanegara

Masa kejayaan kerajaan Tarumanegara dicapai pada masa kepemimpinan Raja Purnawarman.

peta letak kerajaan tarumanegara

letak kerajaan tarumanegara: wikipedia.or.od

Pada masa ini, kerajaan Tarumanegara berkembang sangat pesat. Pertama dengan melakukan ekspansi ke kerajaan-kerajaan kecil yang ada di sekitar kerajaan Tarumanegara.

Kedua, membangun infrastruktur penunjang perekonomian kerajaan, seperti Candrabaga dan sungai Gomati. Aliran sungai Candrabaga melewati istana kerajaan dan mengalir sampai ke laut. Sementara sungai Gomati mengalir di tengah-tengah kediaman raja dan memiliki panjang kurang lebih 12 km.

Selain digunakan sebagai pencegah banjir, kedua sungai ini juga berguna sebagai pengairan lahan pertanian. Lahan pertanian sendiri merupakan penggerak ekonomi masyarakat kerajaan Tarumanegara.

Pada masa pemerintahan Raja Purnawarman, Kerajaan Tarumanegara memiliki luas wilayah seluas provinsi jawa barat. Serta berkemampuan untuk berkurban sebanyak 1000 ekor sapi pada saat pembangunan sungai Gomati dan Candrabaga.

Kebesaran Raja Purnawarman dibuktikan dengan isi yang terdapat pada prasasti Ciaruteun. Serta puisi berisi pengagungan dan pujian terhadap Raja Purnawarman. Selain itu, pahatan telapak kaki yang terdapat pada beberapa prasasti dianggap sebagai tapak kaki Raja Purnawarman.

Sebab Runtuhnya Kerajaan Tarumanegara

Raja kerajaan Tarumanegara berjumlah 12 raja selama masa pemerintahan. Raja yang terakhir ialah raja Linggawarman pada tahun 669 M. Raja Linggawarman hanya memiliki dua orang putri, yakni Manasih dan Sobakancana.

Manasih menikah dengan Tarusbawa dari kerajaan sunda, yang sebelumnya merupakan kekuasaan Tarumanegara. Sedangkan Sobakancana menikah dengan pendiri kerajaan Sriwijaya, Dapuntahyang Sri Jayanasa.

Sehingga secara tidak langsung, takhta kerajaan jatuh kepada menantu sulungnya, Tarusbawa. Sedangkan Tarusbawa lebih memilih kembali ke kerajaan Sunda. Di sinilah kerajaan Tarumanegara berakhir, meskipun Sunda masih merupakan wilayah kerajaan Tarumanegara.

Meskipun begitu, kerajaan Tarumanegara masih memiliki beberapa peninggalan bersejarah. Seperti candi, punden berundak, arca, struktur batu kali, artefak, prasasti dan lain sebagainya.

Keberadaan prasasti merupakan sebuah sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara. Seperti penemuan prasasti Kebon Kopi yang sekarang menjadi kawasan situs Ciaruteun di Cibungbulang Bogor.

Memiliki lebar 105 – 164 cm dan tinggi 69 cm, sehingga dikategorikan sebagai prasasti yang besar. Isi dari prasasti kebon kopi berkaitan dengan sejarah raja yang memerintah kerajaan Tarumanegara pada saat itu. 

Ada pula bukti sejarah yang terdapat pada permukaan Prasasti Pasir Awi. Dimana terdapat sepasang telapak kaki yang dipahat menghadap ke arah timur dan utara. Serta gambaran ranting-ranting dedaunan dengan sebatang dahan dan buah-buahan. 

Namun bentuk piktograf tersebut belum dapat diartikan dengan pasti hingga sekarang. Keberadaan prasasti-prasasti tersebut dapat dijadikan sebagai bukti berdirinya Kerajaan Tarumanegara.

Prasasti Peninggalan Dari Kerajaan Tarumanegara

 

1. Prasasti Ciaruteun

 

Prasasti Ciaruteun atau disebut prasasti Ciampea. Prasasti ini ditemukan di sungai Ciaruteun, Bogor pada tahun 1863. Baru dipindahkan ke Kampung Muara, Desa Ciaruteun Hilir pada tahun 1981. 

prasasti ciaruteun peninggalan sejarah kerajaan tarumanegara

Isi Prasasti Ciaruteun

Prasasti Ciaruteun peninggalan sejarah Kerajaan Tarumanegara menggunakan bahasa Pallawa, disusun dalam seloka bahasa Sanskerta dengan metrum Anustubh. Terdiri dari empat baris, pada bagian atas tulisan terdapat semacam pahatan sepasang telapak kaki, gambar umbi dan sulur-suluran (pilin) serta laba-laba.

Teks dalam bahasa Pallawa:

vikkrantasyavanipat eh
srimatah purnnavarmmanah
tarumanagarendrasya
visnoriva padadvayam

Terjemahan bahasa Indonesia:

“Inilah (tanda) sepasang telapak kaki yang seperti kaki Dewa Wisnu (pemelihara) ialah telapak yang mulia sang Purnnawarmman, raja di negri Taruma, raja yang gagah berani di dunia”.

Pahatan telapak kaki melambangkan kekuasaan raja atas daerah tersebut di mana ditemukan prasasti ini. Prasasti ini bermaksud menegaskan kedudukan Raja Purnawarman yang diibaratkan Dewa Wisnu, dianggap sebagai penguasa sekaligus pelindung rakyat. Penggunaan cetakan telapak kaki diprediksi sebagai tanda keaslian pada masa itu, seperti fungsi tanda tangan pada masa sekarang.

 

2. Prasasti Kebon Kopi

 

Prasasti Kebon Kopi atau Prasasti Tapak Gajah dituliskan pada permukaan batu andesit yang rata. Seperti prasasti lainnya, prasasti kebon kopi juga berbahasa Sanskerta beraksara Pallawa. Akan tetapi lebih kecil dan diapit oleh pahatan sepasang telapak kaki gajah.

prasasti kebon kopi sejarah kerajaan tarumanegara

Isi Prasasti Kebon Kopi

Teks:

jayavisalasya Tarumendrasya hastinah
Airwavatabhasya vibhatidam ~ padadvayam

Terjemahan:

“Di sini tampak tergambar sepasang telapak kaki …yang seperti Airawata, gajah penguasa Taruma yang agung dalam….dan (?) kejayaan”

Tidak hanya satu prasasti saja, di kawasan Ciaruteun ditemukan beberapa prasasti. Prasasti Kebonkopi I merupakan satu dari tiga buah prasasti peninggalan sejara Kerajaan Tarumanegara (Abad 5-7 Masehi) di kawasan ini. Sementara itu, dua prasasti yang lain ialah Prasasti Ciaruteun serta Prasasti Muara Cianten kedua prasasti ini ditemukan tidak jauh dari letak prasasti Kebon Kopi.

Sebenarnya ada juga Prasasti Kebonkopi II, pernah ditemukan  sekitar 1 kilometer dari lokasi Prasasti Kebon Kopi I, akan tetapi saat ini prasasti Kebonkopi II telah hilang.

 

3. Prasasti Muara Cianten

 

Prasasti Muara Cianten ditemukan oleh N.W. Hoepermans sekitar tahun 1864 di tepi sungai Cisadane. Lalu disusul dengan beberapa laporan dari J.F.G Brumund (1868), P.J Veth (1878), R.D.M. Verbeek (1889, 1891), C.M. Pleyte (1905/1906), G.P Rouffaer (1909), dan N.J. Krom (1915). 

peninggalan sejarah kerajaan tarumanegara prasasti muara cianten

Letaknya sekitar 600 m ke utara dan lebih rendah 10 m dari Prasasti Kebon Kopi. Prasasti Muara Cianten berwujud batu besar alami dengan ukuran 2.70 x 1.40 x 140 m3. Peninggalan sejarah Kerajaan Tarumanegara ini termasuk prasasti karena ada pahatan berupa gambar sulur-suluran (pilin) atau ikal yang keluar dari umbi.

Isi dari Prasasti Muara Cianten hingga kini belum diketahui dikarenakan belum dapat terbacanya tulisan yang ada di prasasti ini.

 

4. Prasasti Jambu

 

prasasti jambu kerajaan tarumanegara

Prasasti Jambu disebut juga Prasasti Pasir Kolengkak yang ditemukan di sebuah perkebunan Karet Sadeng Djamboe. Lokasinya di daerah perkebunan jambu atau tepatnya perkampungan Pasir Gintung, Desa Parakanmuncung. Prasasti Jambu ditemukan pertama kali oleh Jonathan Rigg pada tahun 1854 dilaporkan kepada Dinas Purbakala tahun 1947 (OV 1949:10), tetapi baru diteliti untuk pertama kalinya pada tahun 1954

Isi Prasasti Jambu

Prasasti Jambu berisi tulisan, terdiri dari dua baris aksara Pallawa dalam bentuk seloka bahasa Sanskerta dengan metrum Sragdhara. Pada batu prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Tarumanegara ini juga terdapat pahatan gambar sepasang telapak kaki pada bagian atas tulisan tetapi sebagian amvar telapak kaki kiri telah hilang karena bagian ini telah pecah.

Dalam prasasti ini terdapat nama raja Purnnawarmman yang memerintah di negara Taruma. Tidak ada keterangan tahun berapa prasasti ini. Berdasarkan bentuk aksara Pallawa yang dipahatkan (analisis Palaeographis) diperkirakan berasal dari pertengahan abad ke-5 Masehi.

Teks:

siman=data krtajnyo narapatir=asamo yah pura tarumayam/ nama sri purnnavarmma pracura ri pusara bhedya bikhyatavarmmo/
tasyedam= pada vimbadvayam= arinagarot sadane nityadaksam/ bhaktanam yandripanam= bhavati sukhakaram salyabhutam ripunam//

Terjemahan:

“Gagah, mengagumkan dan jujur terhadap tugasnya merupakan pemimpin manusia yang tiada taranya yang termasyhur Sri Purnawarman yang sekali waktu (memerintah) di Taruma dan yang baju zirahnya terkenal tidak dapat ditembus senjata musuh. Ini adalah sepasang tapak kakinya yang senantiasa menggempur kota-kota musuh, hormat kepada para pangeran, tetapi adalah duri dalam daging bagi musuh-musuhnya.”

 

5. Prasasti Pasir Awi

 

peninggalan kerajaan tarumanegara Prasasti Pasir Awi

Prasasti Pasir Awi merupakan satu-satunya jejak Kerajaan Tarumanegara yang terletak di perbukitan Cipamingkis. Lebih tepatnya di kawasan hutan perbukitan Cipamingkis atau sebelah selatan bukit Pasir Awi. Diketahui keberadaannya pada tahun 1864 di Desa Pabuaran Kecamatan Sukamakmur – Bogor.

 

6. Prasasti Cidanghiyang

 

Prasasti Cidanghiyang berada di tepi Sungai Cidanghiyang Desa Lebak Kecamatan Munjul – Pandeglang – Banten. Dipahat pada batu alam berukuran 3x2x2 meter yang ditemukan pada tahun 1974.

Prasasti Cidanghiyang sejarah kerajaan tarumanegara

Berisikan beberapa baris kalimat yang merupakan puisi sebuah pujian terhadap Raja Purnawarman. Berupa huruf Pallawa berbahasa sansekerta. Ini adalah salah satu bukti berdirinya Kerajaan Tarumanegara.

 

7. Prasasti Tugu

 

Keterangan dari prasasti tugu adalah yang terpanjang jika dibandingkan dengan prasasti Tarumanegara lainnya. Isi Prasasti Tugu tersebut mengenai sungai Gomati dan Candrabaga. Ditulis dengan aksara Pallawa dan berbahasa sanskerta.

Prasasti Tugu peninggalan sejarah kerajaan tarumanegara

Aksara pada Prasasti Tugu terpahat panjang melingkari permukaan batu yang bulat. Serta pahatan trisula yang memanjang vertikal. Ditemukan di kecamatan Cilincing – Jakarta Utara, tepatnya di daerah tugu.

 


Baca Juga: 

Sejarah Museum Angkut Malang, Sejak Kapan Museum Ini Ada?

Misteri dan Mitos Air Terjun Sekar Langit, Legenda Jaka Tarub dan 7 Bidadari


Keberadaan prasasti-prasasti tersebut harus tetap dijaga, karena merupakan benda cagar budaya. Termasuk Prasasti Muara Cianten yang memuat aksara ikal dengan gambar dan tulisan piktograf. Tapi permukaan prasasti ini sudah sangat halus karena gerusan air sungai dalam waktu yang cukup lama.

Prasasti Muara Cianten sering terendam air sungai yang membawa batu-batu kecil dan pasir. Ini terjadi dikarenakan banjir serta luapan air sungai Cianten dan Cisadane. Sehingga sering menjadi tempat aktivitas manusia.

Semoga rangkuman sejarah Kerajaan Tarumanegara lengkap memberikan kesadaran untuk menjaga sejarah. Karena menjaga peninggalan bersejarah adalah tugas kita semua.

Dengan begitu, berarti kamu juga menjaga sejarah Kerajaan Tarumanegara lengkap. Sejarah tidak akan terulang, jadi jangan dilupakan.