
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya by Lazuva – Halo teman-teman lazuva, gimana kabar kamu semua? Sehat dan semangat yaa pastinya? Kali ini Lazuva akan membahas mengenai peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Apa saja ya benda-benda peninggalan Sriwijaya?
Sriwijaya merupakan kerajaan bercorak Buddha yang diperkirakan telah berdiri sejak abad ke 7 Masehi. Berbagai peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang ditemukan menjadi bukti bahwa kerajaan ini pernah berjaya sebagai kerajaan maritim di Nusantara.
Berpusat di Kota Palembang, Kerajaan Sriwijaya sendiri disinyalir menjadi salah satu kerajaan maritim terbesar yang kekuasannya sampai ke wilayah Thailand Selatan.
Selain Thailand Selatan, wilayah lain yang menjadi daerah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya meliputi Kamboja, Semenanjung Malaya, Sumatra, hingga Pulau Jawa.
Daftar Isi Artikel
Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya
Seperti yang kita semua sudah ketahui bahwa Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu Kerajaan yang sangat Berjaya di Nusantara. Lalu, kapan tepatnya puncak kejayaan Kerajaan Sriwijaya?
Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya mencapai puncaknya pada saat dipimpin Balaputradewa. Diketahui Balaputradewa pernah berhubungan dengan raja Dewapaladewa dari India. Raja Balaputradewa sempat mengajukan semacam permohonan kepada raja Dewapaladewa untuk mendirikan biara bagi para mahasiswa dan pendeta Sriwijaya yang sedang belajar di Nalanda. Peristiwa tersebut diketahui tertulis dalam prasasti Nalanda yang dibuat sekitar tahun 860 M. Raja Balaputradewa sendiri merupakan putra Samaratungga dari Dinasti Syailendra yang berkuasa di Jawa kisaran tahun 812-824 M.
Pernah ada seorang biksu Budha dari Cina bernama I-tsing pada tahun 671 M berangkat dari Kanton ke India guna mendalami agama Budha. Sempat singgah di Sriwijaya sekitar enam bulan untuk mempelajari bahasa Sansekerta. Di Sriwijaya pada masa itu ada seorang guru agama Budha yang populer bernama Sakyakirti, dikenal sebagai penulis kitab Hastadandasastra.
Pada masa ini Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat tempat mendalami agama Budha. Ada semacam rekomendasi bagi orang yang ingin mendalami agama Budha dari Cina yang ingin ke India, dianjurkan belajar dulu selama 1-2 tahun di Sriwijaya.
Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya tahun 717 M ada dua orang pendeta Tantris bernama Wajrabodhi dan Amoghawajra juga belajar ke Sriwijaya. Lalu, kisaran tahun 1011-1023 M pendeta dari Tibet bernama Attisa datang juga ke Sriwijaya. Tak lain bertujuan untuk mendalami ilmu agama Budha, saat itu hidup seorang mahaguru di Sriwijaya bernama Dharmakirti.
4 Alasan Kerajaan Sriwijaya Disebut Sebagai Negara Maritim
Kerajaan ini sangat lekat sekali dengan sebutan Maritim. Lalu kenapa Kerajaan Sriwijaya disebut sebagai Negara Maritim? Berikut ini 4 alasan yang Lazuva ketahui.
1. Disebut Negara Maritim karena Letaknya di Tepi Sungai Terpanjang
Sungai terpanjang yang dimaksud adalah sungai Musi di Sumatera Selatan. Lokasi kerajaan Sriwijaya berada di tepi sungai Musi membuat kerajaan ini sangat dekat dengan air. Sungai Musi sangat berperan dalam kehidupan kerajaan ini.
2. Teknologi Transportasi Air Tergolong Maju
Perahu merupakan salah satu alat transportasi yang dibuat oleh Kerajaan Sriwijaya. Sebagai kerajaan hindu tertua yang berlokasi di tepi sungai, membuat mereka sangat menguasai teknologi transportasi air terutama perahu. Perahu berperan penting dalam kegiatan perdagangan kala itu.
3. Mengandalkan Perdagangan dalam Perekonomian
Sumber pendapatan dan perekonomian Kerajaan Sriwijaya kala itu adalah perdagangan. Sebab itulah perlu perluasan pasar dan pemilihan lokasi yang strategis. Perluasan pasar perdagangan dengan cara menguasai daerah-daerah strategis, seperti Selat malaka, Laut China Selatan, Selat Karimata, Selat Sunda, laut Jawa, hingga ke Srilangka.
4. Punya Angkatan Laut yang Luar Biasa Sebagai Negara Maritim
Angkatan laut Kerajaan Sriwijaya terkenal dengan kekuatannya, baik dari kualitas maupun kuantitas pasukannya. Kekuatan Angkatan Laut ini membuat kejayaan Kerajaan Sriwijaya dalam menguasai jalur-jalur perdagangan laut tak terusik.
10 Peninggalan Kerajaan Sriwijaya Berupa Candi & Prasasti
Untuk menambah referensi sejarah, berikut adalah ulasan mengenai peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya.
1. Prasasti Kedukan Bukit

Kedukan Bukit merupakan prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang ditemukan oleh M. Batenburg pada 1920 tepatnya tanggal 29 November.
Lokasi penemuan prasasti ini berada di Kampung Kedukan Bukit, Palembang, persisnya di tepi sungai Tatang yang mengalir hingga Sungai Musi. Prasasti Kedukan Bukit ditulis menggunakan huruf Pallawa dalam bahasa Melayu Kuno.
Berdasarkan penelitian, tulisan di prasasti Kedukan Bukit mengisahkan tentang perjalanan suci menggunakan perahu atau Sidhayarta yang dilakukan oleh seorang dari kerajaan bernama Dapunta Hyang.
Diceritakan bahwa selama menempuh perjalanan tersebut, Dapunta Hyang didampingi oleh pasukan yang berjumlah 2.000 orang. Hasil perjalanan ini antara lain berupa penaklukan (penyerangan) ke sejumlah wilayah yang dilewati.
Dalam keterangan alih bahasa, diketahui bahwa Dapunta Hyang melakukan perjalanan dari Minanga untuk menguasai wilayah dimana prasasti tersebut ditemukan, yakni sekitar Sungai Musi.
Namun sejumlah peneliti memiliki perbedaan pendapat terkait dimana persisnya yang dimaksud dengan Minanga. Prasati Kedukan Bukit saat ini disimpan di Museum Nasional Jakarta.
2. Prasasti Talang Tuwo

Prasasti Talang Tuwo ditemukan oleh Louis Constant Westenek yang kala itu menjabat sebagai Residen Palembang pada 1920 tepatnya tanggal 17 November.
Penemuan prasasti berukuran 50 cm x 80 cm ini berlokasi di kaki Bukit Siguntang. Sama seperti prasasti Kedukan Bukit, Talang Tuwo juga ditulis dalam huruf Pallawa dan bahasa Melayu Kuno.
Prasasti Talang Tuwo berisi 14 baris tulisan yang berhasil dialihaksarakan pertama kali oleh van Ronkel dan Bosch.
Prasasti ini berisi tentang doa-doa dalam kepercayaan Buddha beraliran Mahayana yang menggambarkan bahwa Kerajaan Sriwijaya bercorak Buddha. Di dalam prasasti, tertulis bahwa peninggalan ini dibuat pada tahun 606 Saka atau bertepatan dengan 23 Maret 684 Masehi.
Selain berisi doa dedikasi, prasasti Talang Tuwo juga menceritakan tentang pembangunan sebuah taman yang diberi nama Sriksetra oleh Raja Kerajaan Sriwijaya saat itu yang bernama Sri Baginda Sri Jayanasa.
Di taman tersebut ditanami berbagai macam buah-buahan seperti kelapa, aren, pinang, sagu, serta tanaman lainnya. Sri Baginda berdoa supaya semua tanaman yang ditanam dan seisi taman dapat memberikan manfaat kepada rakyatnya.
3. Prasasti Telaga Batu Peninggalan Kerajaan Sriwijaya di Kolam Telaga Biru

Prasasti Telaga Batu ditemukan pada tahun 1935 di Kota Palembang tepatnya di sekitar kolam Telaga Biru. Prasasti ini berupa batu andesit berukuran tinggi 118 cm dengan lebar 148 cm. Di bagian atas prasati terdapat hiasan berupa kepala ular kobra yang berjumlah 7 buah.
Prasasti Telaga Batu berisi 28 baris tulisan yang dipahat dalam bahasa Melayu Kuno dan aksara Pallawa. Sementara isi dari prasasti ini yaitu berupa kutukan kepada siapa saja yang tidak patuh pada raja atau bertindak jahat di kawasan Kerajaan Sriwijaya.
Menurut Casparis, nama-nama yang disebut dalam prasasti adalah mereka yang berpotensi melawan perintah kerajaan.
Adapun nama-nama yang disebut yaitu pejabat-pejabat tinggi kerajaan seperti putra raja, menteri, bupati, panglima, tokoh terkemuka, bangsawan, ahli senjata, dan sebagainya.
Beberapa ahli sejarah berpendapat bahwa lokasi penemuan prasasti yang berisi kutukan dan sumpah para pejabat ini adalah pusat pemerintahan lokasi Kerajaan Sriwijaya, yaitu Palembang. Namun ada pula yang berpendapat lain dengan mengusulkan Minanga seperti yang disebut dalam prasasti Kedukan Bukit.
4. Prasasti Ligor

Prasasti Ligor merupakan salah satu situs sejarah Kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di Thailand Selatan, tepatnya di Ligor (sekarang dikenal dengan nama Nakhon Si Thammarat).
Peninggalan ini berupa pahatan di dua sisi sehingga disebut Ligor A atau manuskrip Viang Sa dan Ligor B. Prasasti Ligor A bercerita tentang kebesaran raja Sriwijaya yang disebut sebagai raja dari segala raja di dunia.
Sementara Ligor B ditulis menggunakan huruf Kawi dan berangka tahun 775. Isi prasasti Ligor B adalah berita mengenai Visnu yang mempunyai gelar Sri Maharaja dari trah atau Wangsa Sailendra.
Sri Maharaja berjuluk Sesavvarimadavimathana yang memiliki arti pembunuh para musuh yang sombong.
Baca Juga:
Sejarah Museum Angkut Malang, Sejak Kapan Museum Ini Ada?
Misteri dan Mitos Air Terjun Sekar Langit, Legenda Jaka Tarub dan 7 Bidadari
5. Prasasti Palas Pasemah

Prasati Palas Pasemah ditemukan di wilayah Lampung Selatan, tepatnya di Desa Palas Pasemah. Prasasti ini berisi 13 baris tulisan yang dipahat dengan huruf Pallawa dalam bahasa Melayu Kuno.
Meskipun tidak terdapat tulisan jelas mengenai angka pembuatannya, namun sejarawan memperkirakan prasati ini dibuat pada akhir abad ke-7 Masehi.
6. Prasasti Karang Berahi

Prasasti ini ditemukan pertama kali oleh Kontrolir L.M. Berkhout pada 1904 di Desa Karang Berahi, Kabupaten Merangin, Jambi.
Salah satu prasasti dari Kerajaan Sriwijaya ini ditulis dalam bahasa Melayu Kuno menggunakan huruf Pallawa. Isi dari prasasti Karang Berahi yaitu kutukan bagi orang-orang yang tidak taat pada raja Sriwijaya.
7. Prasasti Leiden
Prasasti ini tertulis bukan di atas batu melainkan di permukaan lempengan tembaga.
Berbeda dari prasasti lainnya, peninggalan ini ditulis dalam bahasa Sansekerta dan Tamil yang berisi berita tentang hubungan baik antara dinasti Syailendra dari Sriwijaya dan dinasti Chola. Prasasti Leiden saat ini tersimpan di museum di Negeri Belanda.
8. Candi Muara Takus Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

Candi Muara Takus merupakan sebuah candi peninggalan Sriwijaya bergaya Buddha yang lokasinya berada di desa Muara Takus, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
Candi ini adalah salah satu situs candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang serng disebut-sebut sebagai salah satu pusat pemerintahan Kerajaan pada masa kejayaannya.
Kompleks Candi Muara Takus terdiri dari bangunan utama berupa stupa besar dan tinggi seperti menara, Candi Bungsu, Stupa Mahligai, Candi Tua, dan Palangka.
Candi Muara Takus memiliki arsitektur yang sangat unik karena berbeda dari candi-candi lain yang ada di Indonesia. Sebaliknya, stupa pada candi ini menyerupai candi yang ada di Myanmar, Vietnam, Sri Lanka, atau India.
9. Candi Muaro Jambi
Candi Muaro Jambi terletak di kabupaten Muaro Jambi, provinsi Jambi. Kompleks candi Muaro Jambi pertama kali ditemukan oleh S.C. Crooke pada 1824 saat melakukan pemetaan di wilayah tersebut. Para sejarawan memperkirakan bahwa candi ini adalah peninggalan dari abad 9-12 Masehi dan merupakan bukti kejayaan Sriwijaya.
Baca Juga:
Peninggalan Sejarah Kerajaan Majapahit Prasasti dan Karya Sastra
Mitos Mengerikan Air Terjun Grojogan Sewu Tawangmangu
10. Gapura Sriwijaya
Terletak di Dusun Rimba, Kota Pagar Alam, Sumatra Selatan, situs Gapura Sriwijaya sebenarnya terdiri dari 9 gapura.
Akan tetapi, saat ini baru 7 gapura saja yang sudah ditemukan. Kondisi terkini peninggalan ini sekarang telah roboh. Kerusakan ini diperkirakan akibat faktor alam seperti erosi, pergerakan tanah, dan sebagainya.
Itulah pembahasan tentang peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya sekaligus alasan Kerajaan Sriwijaya disebut sebagai Negara Maritim yang perlu kamu ketahui. Dengan membaca artikel ini, semoga pengetahuanmu akan sejarah kerajaan di Indonesia semakin bertambah, ya.