
Dampak Positif COVID-19 by Lazuva – Pandemi COVID-19 ternyata mampu memberikan dampak positif terkait pemanasan global, simak informasinya.
Virus corona baru atau COVID-19 telah mengguncang dunia selama beberapa bulan. Dalam jangka waktu yang tidak lama, pandemi ini mengubah dunia, jutaan orang telah terinfeksi. Tapi meski telah memakan banyak korban masih ada dampak positif COVID-19 terhadap pemanasan global.
Dampak positif yang ada setidaknya bisa membawa sedikit ketenangan bagi banyak orang. Apa saja dampak positif terhadap pemanasan global yang perlu kamu ketahui? Simak lanjutan lengkapnya di bawah ini.
Daftar Isi Artikel
Pandemi COVID-19
Pandemi virus corona baru, COVID-19 dimulai dari pasar makanan laut Hunan di kota Wuhan, China pada bulan Desember 2019. Dan dalam beberapa bulan ini telah menjadi darurat kesehatan global. Hewan hidup seperti kelelawar, katak, ular, burung, marmut dan kelinci sering dijual di pasar makanan laut Hunan.
Analisis genom mengungkapkan bahwa COVID-19 atau SARS-CoV-2 secara filogenetik terkait dengan virus kelelawar. Virus ini mirip dengan sindrom pernapasan akut (seperti SARS) yang parah. Dan kelelawar dapat menjadi sumber utama yang mungkin.
Meskipun sumber perantara yang menularkan ke manusia tidak diketahui secara jelas, penyebaran virus dari manusia ke manusia telah dikonfirmasi. Sesuai dengan pembaruan terbaru WHO pada tanggal 30 Mei 2020, pandemi COVID-19 telah menyebar di lebih dari 200 negara.
Sekitar 364 ribu orang telah meninggal setelah tertular virus ini. Dan sekitar 5,92 juta kasus telah dikonfirmasi. Dan sekitar 2,49 juta orang telah pulih dari penyakit ini.
Dampak Positif Covid-19 pada Pemanasan Global
Pemanasan global adalah hasil dari meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca (CO2, CH4, N2O dll). Karena ingin mengendalikan alam sesuai dengan kebutuhan, manusia mulai menghancurkan alam dengan berbagai cara. Dan pemanasan global adalah konsekuensi yang tak terhindarkan.
Selanjutnya, masalah lingkungan lain yang mendera manusia adalah polusi udara, polusi air, perubahan iklim, dan penipisan lapisan ozon. Selain itu penipisan tingkat air tanah, perubahan keanekaragaman hayati & ekosistem, kontaminasi arsenik juga ikut rusak.
Baca Juga:
10 Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang Wajib Kamu Tahu
11 Ide Lomba Agustusan yang Bermanfaat dan Edukatif
Tapi karena adanya pandemi ini ternyata bisa memberi harapan baru mengenai perbaikan lingkungan. Meski banyak memakan korban ternyata pandemi ini memiliki beberapa dampak positif di seluruh dunia. Berikut ulasannya:
Polusi Menurun

Polusi telah turun di seluruh dunia ketika virus ini menyebar luas ke berbagai negara. Beberapa negara dengan paparan COVID-19 terbanyak ternyata justru mendapat dampak positif terkait pemanasan global lebih tinggi. Contohnya China, Italia, dan Spanyol.
Jalan-jalan di Wuhan, China, sepi setelah pemerintah menerapkan penutupan ketat. Di Italia, pembatasan perjalanan juga telah diberlakukan sejak Negara ini terpapar COVID-19. Di London, pub, bar, dan teater yang biasanya ramai telah ditutup dan semua warga dihimbau untuk tetap di rumah saja.
Dan hampir semua negara di seluruh dunia menunda penerbangan dan menghimbau untuk tidak melakukan aktivitas diluar rumah. Seluruh penduduk dunia disarankan untuk tetap berada di rumah selama beberapa waktu hingga virus ini mereda.
Pembatasan berskala besar di seluruh dunia dilakukan agar bisa menghambat penyebaran COVID-19. Selain itu juga agar korban jiwa tidak semakin bertambah. Semua hal yang terjadi sejak akhir Desember 2019 telah menyebabkan dampak diluar prediksi
Ketika transportasi, pabrik, penerbangan, dan bisnis tidak beroperasi ternyata mampu menurunkan emisi karbon pada seluruh dunia. Dibandingkan dengan tahun ini, tingkat polusi di New York tahun lalu telah berkurang hampir 50% karena adanya langkah-langkah pembatasan aktivitas di luar rumah.
Karena pembatasan aktivitas inilah yang menyebabkan iklim berubah. Tidak adanya aktivitas kendaraan di darat, laut, udara ternyata mampu membersihkan langit di seluruh dunia.
Ada banyak spekulasi bahwa COVID-19 dapat menghentikan peningkatan suhu. Pembatalan penerbangan, penutupan pabrik, dan mengurangi aktivitas berkendara yang dilakukan secara berkala bisa menurunkan polusi di dunia.
Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca

Para ilmuwan telah mengkonfirmasi bahwa kualitas udara bersih di wilayah tertentu telah meningkat dalam beberapa minggu terakhir. Ketika pabrik, penerbangan, dan sarana transportasi lainnya berhenti juga memainkan perannya dalam mengurangi emisi karbon.
Dilansir dari The New York Times, satelit NASA yang menunjukkan pengurangan polusi yang luar biasa di China dan Italia ketika pandemi menyebar. Lebih lanjut lagi menurut The Guardian, menyatakan bahwa pandemi ini dapat menyebabkan penurunan emisi CO2 secara global dengan signifikan.
Dilansir dari Carbon Brief (CB), bahwa pandemi COVID-19 telah mengurangi penggunaan energi di seluruh dunia. Hal inilah yang dapat mengurangi emisi karbon di seluruh dunia sekitar 5%. Itu berarti pandemi COVID-19 sejauh ini memicu penurunan emisi CO2 tahunan terbesar pada tahun 2020.
Di China, emisi turun 25% pada awal tahun dan penggunaan batu bara pada pembangkit listrik terbesar China turun 40% sejak kuartal terakhir tahun 2019. Demikian pula, tingkat polusi di New York telah berkurang hampir 50% dibandingkan tahun lalu.
Namun ini bukan pertama kalinya dunia mengalami penurunan emisi secara signifikan. Selama krisis global tahun 2008, emisi global turun secara signifikan selama satu tahun.
Menutupnya Lapisan Ozon

Dilansir dari The Copernicus Atmosphere Monitoring, lapisan ozon pada beberapa tahun belakangan ini tepatnya di Antartika mengalami penipisan. Hal ini terjadi karena penumpukan zat CFC pada langit dunia.
Tapi karena ada pembatasan aktivitas berskala besar lapisan ozon saat ini sudah mulai membaik. Tentu hal ini adalah berita yang sangat baik mengingat bahaya sinar ultraviolet yang masuk ke Bumi tanpa disaring terlebih dahulu.
COVID-19 dan Konservasi Satwa Terkait Perubahan Iklim

Dampak positif COVID-19 telah meningkatkan kesadaran konservasi satwa liar. Seperti yang dikutip Scientific American, perdagangan satwa liar mendapatkan sorotan. CDC menyampaikan berita tentang patogen zoonosis yang bisa menular dari hewan ke manusia, dan ini salah satu yang menyebabkan pandemi saat ini.
Dilansir dari American Veterinary Medical Association ternyata ada banyak satwa termasuk satwa yang menjadi peliharaan atau yang ada di kebun binatang positif COVID-19. Hewan-hewan tersebut ketika di tes ternyata positif membawa coronavirus baru.
Hal ini meningkatkan kekhawatiran banyak organisasi dunia seperti UNESCO, Time, Nature, dan Majalah Smithsonian tentang keamanan masa depan spesies hewan. Selain itu, National Geographic mengkhawatirkan akan ada perburuan liar di kawasan konservasi untuk mencegah penyebaran virus.
Baca Juga:
10 Macam Lomba 17 Agustus Yang Hemat Biaya Tapi Menarik
Perbedaan Tawon dan Lebah, Apa Saja Ya Bedanya?
Tapi meski begitu dengan menjaga iklim tetap stabil, tubuh hewan bisa menyesuaikan diri. Hewan dengan kondisi sehat yang hidup di ekosistem yang sehat pula ternyata cukup kuat untuk melawan penyakit.
Dengan meminimalkan perubahan iklim yang ada di dunia dan melindungi habitat, mungkin dapat menghindari penyebaran virus melalui hewan di masa depan.
Dalam jangka panjang, pandemi COVID-19 akan memberikan pelajaran dan peluang yang mengarah pada perbaikan lingkungan. Misalnya, banyak negara di dunia yang tergerak untuk menangani perubahan iklim. Respons masyarakat terhadap krisis iklim bisa lebih peka dari sebelumnya.
Hal ini akan akan memperkuat strategi menghadapi krisis iklim dalam beberapa dekade mendatang. Dampak positif COVID-19 terhadap pemanasan global memberikan harapan baru untuk banyak orang. Dan yang terpenting bisa membuat bumi kembali stabil seperti sedia kala.